Selasa, 06 Januari 2015

Hafsah binti Umar Tipe Istri yang Sangat Cinta Suami


Assalamu'alaikum wr wb..
Sahabat, kali ini saya akan berbagi kisah salah satu istri Rasulullah yang saya kutip dari sebuah buku yang berjudul "Istri-Istri Calon Penghuni Surga & Calon Penghuni Neraka" karya Asrifin An Nakhrawie.


Sosok Hafsah adalah sebuah contoh dari istri-istri yang begitu sayang terhadap suami, meski kadang perasaan sayang tersebut terkesan berlebihan hingga menumbuhkan rasa cemburu. Adalah sangat wajar rasa cemburu itu dimiliki oleh setiap wanita, termasuk Hafsah, istri Nabi. Bukankah rata-rata wanita memang pencemburu? Dan bukankah rasa cemburu itu sendiri muncul karena adanya rasa cinta? Itu artinya jika Hafsah menaruh cemburu kepada Nabi itu berarti Hafsah memendam rasa cinta yang begitu dalam terhadap Nabi. Dan wajar jika ia ingin mendapatkan perhatian yang lebih dari Nabi ketimbang istri-istri beliau yang lain.
                Namun, meski Hafsah adalah sosok istri pencemburu, ia adalah wanita yang mulia. Keagungan akhlaknya begitu tinggi hingga tak salah jika Nabi mempersuntingnya sebagai istri untuk dijadikan sebagai contoh bagi wanita-wanita lain sesudahnya.
                Hafsah adalah putri Umar bin Khattab, seorang sahabat kenamaan Rasulullah saw. Hafsah adalah seorang gadis yang dianugrahi oleh Allah swt dengan wajah cantik sekaligus memiliki sifat-sifat yang terpuji. Ia pun seorang wanita pemberani dalam ikut serta memperjuangkan agama Allah swt. Disebutkan bahwa Hafsah menjadi janda ketika ia baru berusia 18 tahun. Melihat putrinya menjanda dalam usia yang relatif muda, Umar merasa sedih dan gelisah. Bahkan Umar yang terkenal dengan sifatnya yang kasar itupun semakin tersiksa dan tertekan ketika melihat putri kesayangannya nampak murung dan larut dalam kesedihan. Setelah berpikir panjang, ia memperoleh pikiran yang terang, ia berpikir untuk mencarikan seorang suami buat putrinya: yang pertama Umar datang ke Abu Bakar lalu ke Utsman bin Affan untuk menyampaikan supaya salah satu diantara mereka ada yang mau menikahi anaknya. Namun, kedua sahabat tersebut menolak.
                Umar lantas berangkat menemui Rasulullah, ia mengadukan peristiwa yang terjadi pada putrinya dan penolakan Utsman dan Abu Bakar. Mendengar perkataan Umar Nabi lantas tersenyum dan mengatakan:
“Hafsah akan menikah dengan laki-laki yang lebih baik daripada Utsman dan Abu Bakar, sedangkan Utsman dan Abu Bakar akan menikah dengan wanita yang lebih baik daripada Hafsah:.
Selanjutnya Nabi mengatakan bahwa beiau akan menikahi Hafsah. Setelah menikah Hafsah tinggal bersama Rasulullah dan menempati rumah Nabi, pada saat itu Aisyah dan Saudah juga tinggal di rumah tersebut.
                Sekali lagi ditegaskan bahwa Hafsah adalah tipe istri yang besar rasa cemburunya terhadap Nabi. Hal ini bukan dilandasi oleh persaan apa-apa melainkan karena adanya rasa cinta seorang istri yang begitu dalam kepada suaminya. Dan untuk menyebutkan bagaimana kecemburuan Hafsah tersebut; pernah suatu hari, ketika Rasulullah menemuinya, Hafsah bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa mulutmu bau maghafir (minuman dari getah yang berbau busuk)?”
“Aku baru saja minum madu, bukan maghafir,” jawab Nabi penuh tanda tanya.
“Kalau begitu, engkau minum madu yang sudah lama (basi)”, timpal Hafsah.
Keheranan Rasulullah makin bertambah ketika Aisyah yang ditemuinya mengatakan hal serupa. Saking kesalnya, Rasulullah mengharamkan madu buat dirinya untuk beberapa waktu. Beliau tidak tahu kalau Hafsah telah “berkomplot” dengan Aisyah untuk “ngerjain” Rasulullah. Keduanya cemburu lantaran Nabi tinggal lebih lama dari jatah waktunya di rumah Zaenab Binti Jahsyi. Waktu itu Nabi tertahan karena Zaenab menawarkan madu kepada beliau.
                Pernah juga dalam sebuah perjalanan Hafsah dan Aisyah dibawa serta oleh Nabi. Kedua istri Nabi itu duduk dalam sedekup (tandu di atas punggung unta) yang berbeda. Selama perjalanan Rasulullah lebih sering berada di dalam sedekup di atas unta Aisyah. Pada waktu istirahat, Hafsah yang terbakar api cemburu meminta Aisyah untuk berpindah tempat.


                Seusai istirahat, Rasulullah naik kembali ke sedekup Aisyah yang sudah ditempati Hafsah dan mengajak bicara. Beliau tak tahu kalau yang menjawabnya dengan jawaban-jawaban yang pendek itu adalah Hafsah. Dan betapa kesalnya Rasulullah setelah ia tahu dirinya dipermainkan kedua istrinya itu. Karena ulah kedua istrinya tersebut Allah menurunkan Firman-Nya:
إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلاهُ......
Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong untuk menerima kebaikan; dan jika kamu berdua bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah peindungnya dan (begitu pula) Jibril......” (Q.S At-Tamrin: 4)
                Begitu seringnya Hafsah membuat ulah, lantaran cemburu, Rasulullah pernah berniat akan menceraikanyya. Namun, Jibril datang mencegah Nabi. Rasulullah malah mendatangi anak Umar bin Khattab itu dan berkata,
Ya Hafsah, hari ini datang kepadaku dan memerintahkan kepadaku, “kembalilah kepada Hafsah, sesungguhnya ia wanita yang senantiasa puasa, mendirikan shalat, dan ia adalah istrimu kelak di surga”.
                Itulah sosok Hafsah binti Umar. Sebagai seorang istri yang dimadu, tentu sangat manusiawi sekali jika ia menaruh rasa cemburu. Namun, meski jika hal itu dianggap sebagai sebuah “kekurangan”, maka kekurangan itu bisa tertutupi dengan kebaikan budi pekerti Hafsah sehari-hari. Ketekunan wanita ini dalam beribadah keoada Allah membuat ia dijamin akan menemui sang suami hingga di surga nanti.


Tidak ada komentar: