Jumat, 01 Mei 2015

“satu-satunya kepastian masa depan adalah ketidakpastian”




Sore itu seperti biasanya adalah jadwal kuliah Filsafat Pendidikan. Dalam proses pembelajaran, Bapak Dosen menyebutkan sebuah kalimat yang membuat saya tertarik. Ya, saya memikirkan kalimat itu hingga pelajaran usai. Bahkan di sepanjang perjalanan pulang kalimat ini benar-benar membuat saya berpikir.
            “Satu-satunya kepastian masa depan adalah ketidakpastian”
            Kalimat itulah yang dilontarkan Dosen tersebut, beliau menyebutkan kalimat ini merupakan suatu pendapat dari sebuah aliran dalam filsafat.

Memang benar, tidak ada yang pasti tentang masa depan. Apa yang akan terjadi besok? Apakah yang akan menimpa kita nanti sore? Bahkan kita tidak tahu tentang ha yang akan terjadi satu detik ke depannya bukan?
Wahai teman, pernahkah kita menyadari bahwa banyak sekali ketidakpastian dalam hidup ini? Pernahkah kita menyadari bahwa ketidakpastian selalu duduk manis menunggu kita di masa depan? Pernahkan kita menyadari bahwa ketidakpastian adalah sesuatu yang pasti?

“Saya adalah orang yang hebat dalam membuat rencana sehingga pasti akan saya dapatkan”. Jika teman-teman pernah berpikiran seperti itu, segeralah menyadari ternyata anda salah. Bisakah anda memastikan bahwa anda akan tetap hidup satu jam kedepannya? Tidak, jangankan satu jam ke depan, satu detik ke depan saja kita tidak tahu apakah masih bisa menghirup oksigen dengan segala kenikmatan-Nya. Anda tidak tahu kapan dan dimana malaikat maut akan menjemput anda bukan? Yang pasti tentang kematian adalah kita semua akan mati.

Seperti itulah, kita benar-benar hidup dalam ketidakpastian.

Masalah jodoh, jika semua orang tahu siapa yang akan menjadi jodohnya, tentu keadaan sekarang akan jauh berbeda. Semua orang tentu akan enggan berlomba-lomba dalam memperbaiki dirinya karena sudah tahu seperti apa jodohnya dan semua orang tidak akan takut mempermainkan hati dari lawan jenisnya. Dalam islam sendiri, kita dianjurkan untuk selalu memperbaiki diri agar jodoh kita juga memperbaiki diri entah itu dimanapun ia berada. Selalu ada hikmah, “ketidakpastian” pun begitu, ia membuat kita bekerja lebih keras memperbaiki diri agar kelak mendapatkan pasangan hidup sama seperti yang kita inginkan.

Masalah rezeki, sama halnya dengan masalah yang sudah saya sebutkan. Rezeki seseorang itu juga sudah pasti, namun dalam hal ini, apakah kita tahu seberapa banyak yang akan kita dapatkan, apakah banyak atau sedikit? Tidak, sekali lagi tidak. Seandainya jika seseorang telah mengetahuinya, maka kemungkinan terbesar yang terjadi adalah kemalasan manusia untuk bekerja. Orang-orang tahu bahwa takdirnya menjadi kaya, tentu akan bermalas-malasan dalam hidupnya, tapi orang yang tahu takdirnya akan menjadi miskin tentu akan pasrah saja dalam hidupnya. Bukankah ini tidak adil? Karena itulah mengenai rezeki pun, kita tidak pernah tahu sebesar apa rezeki kita, yang jelas rezeki seseorang telah pasti sesuai dengan ketetapan-Nya.
Dan lagi, semua ada hikmahnya bukan?

Loh, jika terlalu banyak ketidakpastian, untuk apa saya berencana dan berusaha?
Tenang dulu, jangan terbawa emosi, saya tidak bilang bahwa kita tidak perlu berusaha. Saya tidak bilang bahwa usaha atau rencana akan sia-sia. Karena Tuhan punya rencana, kitapun harus punya rencana.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka,” (Ar Raad : 11).

Hidup, jodoh, rejeki, mati, semuanya sudah ketetapan Allah. Lalu untuk apa kita berusaha? Toh nantinya akan berakhir seperti “itu”. Tidak ada usaha yang sia-sia, setidaknya itulah yang saya yakini. Karena sekecil apapun usaha yang dilakukan, pasti akan ada hasilnya. Karena dengan berusaha akan memperkecil ketidakpastian tersebut. Dalam islam dilarang pasrah menerima apapun yang akan terjadi. Tidak begitu, kita tidak disuruh pasrah, tapi ikhlas. Mudah-mudahan kiranya teman-teman mengetahui perbedaan antara pasrah dan ikhlas.

Saya tadi bilang usaha bisa memperkecil ketidakpastian, loh berarti masih tidak pasti dong? Memang benar berusaha memperkecil ketidakpastian. Oleh karenanya, setelah berusaha diperlukan langkah terakhir yaitu berdo’a. Jika telah berusaha dan berdo’a, akan mampu menjemput ketidakpastian tersebut dengan baik. Siapa lagi yang berkuasa di atas dunia in selain Tuhan Semesta Alam? Sekeras apapun kita berusaha bila Tuhan tidak mengizinkan, maka hal itu tidak akan terjadi. Karena itu kita harus ikhlas menerima apapun yang terjadi pada akhirnya.

“Seandainya semua hal sudah pasti dan kita ketahui, lalu dimana letak ujian dalam hidup kita?”