Minggu, 19 April 2015

IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK BAHAN ALAM PADA DAUN PUCUK MERAH (Syzygium oleana)



MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II



JUDUL PRAKTIKUM :
IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK BAHAN ALAM PADA DAUN PUCUK MERAH (Syzygium oleana)


OLEH :
HUTDIA PUTRI MURNI  (1301759/2013)
PENDIDIKAN KIMIA



FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015






BAB I. PENDAHULUAN




A.   Latar Belakang


Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang tidak akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan obat-obat baru ataupun untuk menujang berbagai kepentingan industri. Hal ini terkait dengan keberadaannya di alam yang tidak terbatas jumlahnya. Dari 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi seperti dikemukan di atas 54 % diantaranya terdapat di hutan-hutan tropika dan Indonesia dengan hutan tropikanya yang mengandung lebih dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi sangat berpotensial untuk diteliti dan dikembangkan oleh para peneliti Indonesia. 

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia. Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Saat ini, para peneliti semakin berkembang untuk mengeksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis yang positif bagi manusia. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dikembangkan, senyawa-senyawa yang memiliki potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoid, fenolat, dan alkaloid.

Senyawa yang paling mudah ditemukan adalah flavonoid karena senyawa ini adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid termasuk salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan mengandung antioksidan. Oleh karena jumlahnya yang melimpah di alam, manusia lebih banyak memanfaatkan senyawa ini dibandingkan dengan senyawa lainnya sebagai antioksidan.

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah pada percobaan yaitu senyawa organik bahan alam apa saja yang terkandung pada daun pucuk merah (Syzygium oleana).

C.    Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian, maka percobaan ini dibatasi pada hal berikut:
a.       Botani tumbuhan (daun ) pucuk merah (Syzygium oleana)
b.      Metabolit sekunder daun pucuk merah (Syzygium oleana)

D.    Tujuan Penelitian

1.      Mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder pada daun pucuk merah
2.      Mengenal pigmen antosianin pada daun pucuk merah

E.     Manfaat Penelitian

1.      Memberikan informasi tentang adanya metabolit sekunder dalam buah pucuk
2.       Memberikan informasi tentang flavonoid sebagai metabolit sekunder















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A.    Pucuk Merah

Tanaman yang dikenal dengan nama pucuk merah atau dalam bahasa latinnya bernama Syzigium oleinamerupakan tanaman yang berciri khas memiliki daun yang berwarna merah dan hijau. Daun tumbuh rapat antara satu daun dengan daun lainnya. Tekstur daun halus dengan panjang daun berkisar 5 cm dan permukaan daun yang mengkilap. Saat daun masih pucuk dan muda, daun akan berwarna merah.
Kemudian warna daun akan berubah menjadi hijau saat daun semakin tua. Inilah alasan tanaman ini dikenal dengan nama pucuk merah. Tanaman ini akan selalu menghasilkan dua warna karena daun muda yang berwarna merah akan bermunculan sehingga warna tanaman menjadi hijau merah.
Indonesia menjadi salah satu negara tempat ideal bagi si pucuk merah karena tanaman ini sangat cocok hidup di daerah tropis. Diameter tanaman dapat mencapai 30 cm dengan tinggi mencapai 7 meter. Usia tanaman dapat mencapai puluhan tahun. Besarnya tanaman dapat membuat rumah Anda terlihat sejuk. Kerimbunan dan keunikan warna daun tanaman Pucuk Merah menjadikannya dipilih sebagai penghias rumah dan taman.
Syzygium oleana atau pucuk merah berkerabat dekat dengan tanaman jambu air, salam, Juwet, jambu Darsono, klampok watu ( jambu batu) , dan masih banyak lagi , karena diperkirakan terdapat  sekitar 1.100 spesies dari genus Syzygium ini. Ciri khas dari jenis tumbuhan ini  jika daunnya diremas akan mengeluarkan aroma khas sebagainya kandungan minyak atsiri yang terdapat pada berbagai jenis Syzygium.




Gambar 1. Pucuk Merah (Syzygium oleana)
Daun syzygium oleana atau pucuk merah  berupa daun tunggal berbentuk lancet, bertangkai sangat pendek hampir duduk, tumbuh berhadapan, permukaan daun bagian atas mengkilat; warna daun mengalami perubahan , ketika baru tumbuh ber warna merah menyala, kemudian berubah  menjadi coklat, lalu berubah lagi menjadi warna hijau; ukuran dau panjang ± 6 cm dan lebar ± 2 cm,  pertulangan daunnya menyirip. Bunga syzygium oleana atau pucuk merah berupa bunga majemuk tersusun dalam malai berkarang terbatas Akar  Syzygium oleana atau pucuk merah berupa akar tunggang, sehingga bisa menahan pohonnya  yang tinggiReproduksi  Syzygium oleana atau pucuk merah secara alami adalah dengan biji, namun secara komercial tanaman ini dapat diperbanyak dengan cara cangkok atau stek batang.Manfaat Syzygium oleana atau pucuk merah pada umumnya hanya sebagai tanaman hias dan tanaman peneduh (Djamal,Rusdi . 1990)

B.    Taksonomi Pucuk Merah

Adapun taksonomi dari pucuk merah ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae( Plantae)
Subkingdom : Tracheobiota ( Tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi : Spermatophyta ( Tumbuhan berbiji )
Divisio  : Magnoliophyta  ( Tumbuhan berbunga )                                         
Sub  Divisio : Angiospermae ( Tumbuhan berbiji tertutup )
Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / Dikotil ) 
Sub Kelas :  Rosidae
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Sub Family : Myrtoideae
Genus: Syzygium
Spesies : Syzygium oleana     (http://en.wikipedia.org/wiki/Syzygium)

 

C.    Spesifikasi Tanaman Pucuk Merah

1.      Tanaman ini tahan terhadap sinar matahari
2.      Pucuk tanaman selalu berwarna merah 
3.      Terlihat lebih bagus bila diborder
4.      Termasuk jenis tanaman yang mudah dan ringan perawatannya
5.      Dapat dijadikan sebagai bahan utama pembuatan taman 

D.    Manfaat Pucuk Merah

Tanaman pucuk merah berkembang di Indonesia sebagai tanaman hias, tanaman ini satu famili dengan tanaman jambu-jambuan yaitu tergolong famili Myrtaceae. Kandungan antosianin yang terdapat dalam buah bewarna merah kehitaman dari tanaman pucuk merah berpotensi sebagai antioksidan alami dan sumber pewarna alami yang bermanfaat bagi kesehatan. Tanaman pucuk merah ini dapat diaplikasikan kedalam pewarna alami untuk sistem pangan khususnya minuman.
Flavonoid dikatakan antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom hidrogen dari gugus hidroksilnya. Aksi radikal memberikan efek timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Tubuh manusia tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang lebih sehingga apabila terkena radikal bebas yang tinggi dan berlebih, tubuh tidak dapat menanggulanginya. Saat itulah tubuh manusia membutuhkan antioksidan dari luar (eksogen) yang dapat dilakukan dengan asupan senyawa yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi melalui suplemen, makanan, dan minuman yang dikonsumsi.
Kandungan flavonoid ini memberi harapan sebagai pencegah antikanker. Penyakit yang sangat ditakuti saat ini adalah kanker. Kalau dahulu orang takut penyakit pes, kolera, cacar, TBC, tipus, dan jenis-jenis penyakit lain yang sekarang sudah tidak ditakuti lagi, sekarang orang selalu takut akan bahaya kanker yang sewaktu-waktu dapat timbul (Braam, 1980). Saat ini, cara pengobatan kanker yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya adalah pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Tujuan dari cara pengobatan tersebut adalah membunuh sel-sel kanker. Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwa tidak sedikit dari cara-cara tersebut yang justru menimbulkan efek samping. Efek samping yang ditimbulkan tersebut akan menjadi beban baru bagi para penderita kanker. Oleh sebab itu, masyarakat mulai beralih pada pengobatan yang tidak menimbulkan efek samping atau mungkin ada efek samping tetapi dengan efek yang ringan.

E.     Metabolit Sekunder

Yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit adalah senyawa-senyawa hasil metabolit sekunder,yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup dan ditemukan pada semua organ tumbuhan  pada akar, kulit batang, bunga, buah dan biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tanaman sebagai obat berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya senyawa  bioaktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan tersebut tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dan lain-lain (Tim Kimia Organik, 2015).
1.       Alkaloid
Alkaloid artinya “mirip alkali” merupakan senyawa metabolik sekunder yang mengandung atom nitrogen biasanya pada cincin heterosiklik. Karena mengandung atom nitrgen basa, maka dapat diekstraksi dari dalam bahan tumbuhan dengan asam encer (Tim Kimia Organik, 2015)
Alkaloid erupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloid yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang.
Sifat fisika dan kimia alkaloid :
a.       Berupa kristal, amorf, dan ada yang cair (nikotina dan sparteina)
b.      Tidak berwarna                                             
c.       Jika bersifat basa, larut dalam pelarut organik
d.      Garam alkaloida larut dalam air, tidak larut dalam pelarut organic

Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut sifat seperti :
a.   Alkaloida (alkaloid sejati)
Alkaloida mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, berasal dari asam amina.biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai asam organik.
b.   Proto alkaloida
Proto alkaloida berasal dari asam amino, tetapi nitrogennya tidak terletak pada cincin heterosiklik.
c.   Asenda alkaloida
Asenda alkaloida tidak difotosintesis dari asam amino, 2 macam asenda    alkaloida yang terpenting adalah alkaloida steroida, misalnya konssina dan alkaloid purina, misalnya koffeina.
(Djamal, Rusd. 1990)
Struktur alkaloid beraneka ragam mulai dari yang sederhana sampai rumit. Satu contoh alkaloid yang sederhana, tetapi yang efek faalinya tidak sederhana adalah nikotina (Tim Kimia Organik, 2015)

Gambar 2. Struktur Molekul Nikotin

2.     Flavonoid

Menurut perkiraaan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tetumbuhan (atau kira-kira 1 X 109 ton/tahun) diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith, 1972). Sebagian besar tanin berasal dari flavonoid. Jadi, flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar di alam. Sebenarnya, semua flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau, sehingga pastilah dapat ditemukan dalam setiap telaah ekstrak tumbuhan (K.R.Markham, 1988).

Flavonoid adalah sebuah kelompok yang berisikan sekitar 4000 senyawa poliphenolik alami, secara bisa Triterpen adalah kelompok senyawa terpen yang lebih besar dan tersebar secara luas dalam organisme. Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih dari 40 jenis kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen. Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5 atau berupaka 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu lebih disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap atom karbon, sehingga memudahkan dalam penentuan substituen pada masing-masing atom karbon. Struktur terpenoida yang bermacam ragam itu timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil-, farnesil- dan geranil-geranil pirofosfat (Lenny, 2006).



Gambar 3. Struktur Umum Flavonoid



Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol, flavanon, antosianin, dan kalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat. Kebanyakan flavonoid berbentuk monomer, tetapi terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer, tetramer, dan polimer. Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan.

Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu posisi 2,4,6. cincin B flavonoid mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta atau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosikllis dalam senyawa trisiklis. Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut :
Cincin A – COCH2CH2 – Cincin B —————————– Hidrokalkon
Cincin A – COCH2CHOH – Cincin B ————————– Flavanon, kalkon
Cincin A – COCH2CO – Cincin B —————————— Flavon
Cincin A – CH2COCO – Cincin B —————————— Antosianin
Cincin A – COCOCH2 – Cincin B —————————— Auron

Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Nama ini berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80 persen dari pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan dan 50 persen dari bunga. Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin. Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin. Dalam sekuntum mawar merah, sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam cornflower biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya. Dalam hal ini, sianin serupa dengan indikator asam-basa. Istilah garam flavilium berasal dari nama untuk flavon, yang merupakan senyawa tidak berwarna. Adisi gugus hidroksil menghasilkan flavonol, yang berwarna kuning.Antosianin secara umum mempunyai stabilitas yang rendah. Pada pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain mempengaruhi warna antosianin, pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam suasana asam akan berwarna merah dan suasana basa berwarna biru. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam daripada dalam suasana alkalis ataupun netral. Zat warna ini juga tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat. Asam askorbat kadang melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap oksigen, asam askorbat akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain, jika enzim menyerang asam askorbat yang akan menghasilkan hydrogen peroksida yang mengoksidasi sehingga antosianin mengalami perubahan warna. Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran ( Rangke, 1989 ).

3.    Terpenoid

Senyawa terpen merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H. Pada umumnya jumlah atom C senyawa terpen merupakan kelipatan 5 yang terdiri dari unit isopropena (isopentana) yang bergabung sebagai head to tail. Terpenoid sama halnya dengan senyawa teerpen, tetapi mengandung gugus hidroksil, aldehid dan keton.
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas :
1.             Monoterpen ( dua unit isoprene )
2.             Seskiterpen ( tiga unit isoprene )
3.             Diterpen (empat unit isoprene )
4.             Triterpena (lima unit isoprene )
5.             Tetraterpen ( delapan unit isoprene )
6.             Politerpena ( banyak unit isoprene )
(Tim Kimia Organik, 2015)

4.     Steroid

Steroid adalah kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentan perhidrophenantrena. Senyawa-senyawa alam yang mempunyai cincin dasar siklopentana perhidro fenantrena ini dibagi dalam dua golongan, yang pada dasarnya kedua golongan tersebut mempunyai sifat-sifat yang hampir sama. Kedua golongan itu adalah golongan steroid dan golonga sterol. Perbedaan antara sterol dan steroid tidak hanya terletak pada posisi gugus hidroksilnya, dimana kalau posisi gugus hoidroksilnya hanya pada C, adalah sterol, sedangkan steroida gugus hidroksil yang dipunyainya posisinya bebas (Tim Kimia Organik, 2015)
Beberapa steroid penting adalah kolesterol dimana steroid hewan yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan zat antara yang diperlukan dalam biosintesis hormon steroid, namun merupakan tak keharusan dalam makanan karena dapat disintesis dari asetilkoenzime A. kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dikaitkan dengan arterioksklerosis (pengerasan pembuluh darah). Suatu keadaan dimana kolesterol dan lipid-lipid lain melapisi dinding dalam pembuluh darah. Suatu steroid yang berkaitan dengan kolesterol yaitu 7-dehidrokolesterol yang dijumpai dalam kulit diubah menjadi vitamin D bila disinari dengan cahaya ultraviolet (Fessenden,1982).


Gambar 4. Struktur dasar steroid

 

5.    Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lerak yang digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tembuhan melalui ekstraksi (Rangke. 1989).




 

 

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A.    Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Kimia organik Fakultas Matemtika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang , pada hari Rabu,  18 Maret 2015.

B.    Alat dan Bahan

1.      Alat : Lumpang , Pisau, Pipet Tetes, Gunting, Pemanas, Corong, Plat Tetes dan Tabung Reaksi.
2.      Bahan :  Pasir Halus Bersih, Ammoniak, Pereaksi Wagner, H2SO4 pekat, Serbuk Mg, Kapas, H2SO4 2 N, pereaksi dragendorf, Anhidrida Asetat, Kloroform, Pereaksi Mayer, Metanol, HCl pekat dan daun Pucuk Merah.

C.     Prosedur Kerja
1.       Identifikasi Alkaloid : Metode Culvenor-Fitzgraid
  Sampel Segar
·         Ambil 4 gram sampel segar
·         Rajang halus
·         Gerus dalam Lumpang dengan bantuan pasir halus
·         Tambahkan Kloroform sedikit
·         Gerus lagi sampai terbentuk pasta
·         Tambahkan 10 mL larutan ammoniak-Kloroform 0,05 N
·         Gerus lagi
·         Saring campuran kedalam tabung reaksi
·         Tambahkan 5 mL H2SO4 2N
·         Kocok Kuat
·         Diamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan
·         Ambil lapisan asam sulfat
·         Masukkan kedalam tabung reaksi kecil
·         Larutan kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid
·         Uji Filtrat dengan pereaksi Wagner , Mayer dan Dragendorf
    Catat Hasil Pengamatan

2.       Identifikasi Flavonoid : Shinoda test, sianidin test


               Sampel yang telah di rajang
·         Ambil 0,5 gram sampel yang telah dirajang
·         Ekstrak dengan 5 mL metanol
·         Panaskan selama 5 menit
·         Tambahkan beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg


     Catat Hasil pengamatan

3.       Identifikasi Steroid / Terpenoid : Metode Lieberman-Buchard


   Larutan Kloroform pada Uji Alkaloid
·         Ambil beberapa tetes lar. Kloroform pada uji alkaloid
·         Tempatkan pada plat tetes
·         Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering
·         Tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat
    Catat Hasil pengamatan





4.       Identifikasi Saponin atau Uji Busa
  Sampel Kering
·         Ambil sampel kering
·         Rajang sampai halus
·         Masukkan kedalam tabung reaksi
·         Tambahkan air suling
·         Didihkan selama 2-3 menit
·         Dinginkan
·         Kocok Kuat-Kuat
  Catat Hasil Pengamatan

D.    Hasil Pengamatan

Uji
Pereaksi
Hasil
Alkaloid
Mayer
Wagner
Dragendorf
Tidak Terjadi Perubahan Warna.

Flavonoid
Methanol, Asam Klorida Pekat Dan Serbuk Magnesium
Terjadi Perubahan Warna
(Mengandung Flavonoid)
Steroid/Terpenoid
Kloroform, Anhidrat Asetat Dan Asam Sulfat Pekat
Tidak Terjadi Perubahan Warna.

Saponin
Air Suling
Tidak Menimbulkan Busa


BAB IV. PEMBAHASAN


Praktikum ini bertujuan untuk mengenal senyawa organik bahan alam khususnya alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin dalam suatu contoh tumbuhan, yaitu pucuk merah.
Berdasarkan teori yang ada, pucuk merah (Syzygium oleana) mengandung metabolit sekunder. Berbeda dengan senyawa metabolit primer yang pada umumnya memberi pengaruh biologi terhadap sel atau organisme tanaman itu sendiri, metabolit sekunder (MS) memberikan pengaruh biologi terhadap sel atau organisme lain. Menurut Wink (2010) metabolit sekunder bukanlah produk buangan yang tak berguna, tetapi perangkat yang penting untuk melawan herbivora dan mikroba. Beberapa metabolit sekunder berfungsi sebagai molekul isyarat untuk menarik arthropoda penyerbuk, hewan penyebar benih, dan sebagai senyawa isyarat dalam hubungan tanaman-tanaman, tanaman-binatang, dan tanaman-mikrobia. Senyawa metabolit sekunder banyak sekali jumlahnya. Menurut Springob dan Kutchan (2009), ada lebih dari 200000 struktur produk alamiah atau produk metabolit sekunder. Untuk memudahkan, perlu dibuat klasifikasi.
Dalam praktikum ini dilakukan beberapa percobaan untuk menentukan metabolit sekunder apakah yang terdapat di dalam pucuk merah. Bagian yang diambil untuk identifikasi dari pucuk merah adalah daun yang masih berwarna merah. Kenapa tidak digunakan daun yang berwarna hijau? Hal ini ditujukan agar lebih mudah dalam proses perajangan. Sampel terlebih dahulu dirajang, sehingga bila digunakan daun yang sudah tua (hijau) akan sedikit lebih sukar bila digunakan daun yang masih muda (berwarna merah).
Yang pertama adalah identifikasi alkaloid dengan metoda Culvenor-Fitzer. Alkaloid juga banyak terdapat dalam tumbuhan, khususnya pada Angiospermae (lebih dari 20% dari semua spesies menghasilkan alkaloid). Alkaloid umumnya hanya sedikit terdapat pada tumbuhan Gymnospermae, lycopodium, Equisetum, jamur, dan alga. Alkaloid juga dapat ditemukan pada
16 bakteri, jamur, binatang laut, antropoda, amphibi, pada sejumlah burung, dan mamalia. Alkaloid sangat penting bagi organisme yang memproduksinya. Satu fungsi utamanya adalah sebagai pelindung dan untuk melawan herbivora maupun predator. Beberapa alkaloid bersifat sebagai antibakteri, antijamur, dan antiviral; dan konstituennya mungkin saja menyebabkan keracunan bagi hewan. Jika dalam suatu bahan sampel tumbuhan mengandung alkaloid, maka akan terbentuk endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer, endapan cokelat dengan pereaksi Wagner atau endapan orange dengan pereaksi Dragendorf. Namun setelah dilakukan pengujian sesuai dengan proses kerja, tidak ada ditemukan endapan yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa daun pucuk merah tidak mengandung alkaloid.
Yang kedua adalah identifikasi flavonoid: shinoda test dan sianidin test. Sebanyak 0,5 gram sampel dirajang halus dan kemudian diektrak dengan 5 ml metanol. Metanol berfungsi untuk menarik pigmen flavonoid dalam sampel. Kemudian tabung reaksi dipanaskan selama 5 menit yang tujuannya untuk mempercepat terjadinya rekasi. Ekstraknya ditambahkan beberapa tetes asam klorida dan sedikit serbuk magnesium. Hasilnya terjadi perubahan warna menjadi pink. Perubahan warna ini menandakan adanya senyawa metabolit sekunder dalam sampel yaitu flavonoid. Berikut adalah bentuk struktur beberapa flavonoid:
Biosintesis flavanoid dimulai dengan memperpanjang rantai fenil propanoid (C6-C3) yang berasal dari turunan sinamat. Cincin A pada struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, merupakan kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur shikimat). Dengan demikian flavonoid merupakan kombinasi dari dua jalur biosintesis cincin aromatik (Sjamsul, 1986: 7-8). Berikut adalah gambar biosintesis flavonoid:
Flavonoid mampu bertindak sebagai antioksidan dan berfungsi menetralisir radikal bebas dan dengan demikian meminimalkan efek kerusakan pada sel dan jaringan tubuh.  Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan tidak stabil akibat telah kehilangan elektron. Untuk menstabilkan diri, radikal bebas memerlukan elektron dan untuk mencapai tujuan ini kemudian mengoksidasi sel-sel sehat tubuh sehingga menyebabkan kerusakan. Radikal bebas terutama diproduksi sebagai produk sampingan dalam berbagai proses biokimia dalam tubuh. Sebagian radikal bebas memasuki tubuh dari lingkungan eksternal seperti dari asap rokok, konsumsi alkohol, radiasi elektromagnetik, melalui paparan sinar matahari, konsumsi makanan olahan, polusi udara, dll. Bahkan stres dapat menghasilkan tingkat tinggi radikal bebas dalam tubuh.
Flavonoid sebagai antioksidan membantu menetralisir dan menstabilkan radikal bebas sehingga tidak lagi merusak sel-sel dan jaringan sehat. Pada gilirannya, flavonoid memberikan perlindungan terhadap sejumlah penyakit termasuk kanker, penyakit jantung, diabetes, tumor, dll. Flavonoid juga membantu mencegah aterosklerosis atau penyakit yang ditandai dengan pengendapan lemak dalam dinding arteri. Deposisi tersebut mempersempit arteri dan dengan demikian menghambat aliran darah ke organ-organ vital tubuh seperti jantung dan otak. Flavonoid juga dikenal memiliki efek anti-inflamasi, sifat anti-alergi, dan anti-virus. Antioksidan ini dapat menurunkan risiko arthritis, osteoporosis, alergi dan penyakit virus yang disebabkan oleh virus herpes simpleks, virus parainfluenza, dan adenovirus. Flavonoid mampu menekan penggumpalan trombosit yang berhubungan dengan penyakit seperti aterosklerosis dan pembentukan trombosit akut trombus.
Beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa flavonoid seperti quercetin dan epicatechin memiliki efek antidiare. Flavonoid diyakini pula mampu meningkatkan respon kekebalan alami tubuh untuk melawan penyebab alergi dan juga karsinogen.
Berdasarkan beberapa literatur, baik itu jurnal maupun skripsi. Flavonoid yang terdapat dalam daun pucuk merah adalah antosianin. Antosianin (bahasa Inggris: anthocyanin, dari gabungan kata Yunani:anthos = "bunga", dan cyanos = "biru") adalah pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Sesuai namanya, pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah, dan daun tumbuhan hijau, dan telah banyak digunakan sebagai pewarna alami pada berbagai produk pangan dan berbagai aplikasi lainnya. Warna diberikan oleh antosianin berkat susunan ikatan rangkap terkonjugasinya yang panjang, sehingga mampu menyerap cahaya pada rentang cahaya tampak. Sitem ikatan rangkap terkonjugasi ini juga yang mampu menjadikan Antosianin sebagai antioksidan dengan mekanisme penangkapan radikal. Antosianin merupakan sub-tipe senyawa organik dari keluarga flavonoid, dan merupakan anggota kelompok senyawa yang lebih besar yaitu polifenol. Beberapa senyawa antosianin yang paling banyak ditemukan adalah pelargonidin, peonidin, sianidin, malvidin, petunidin, dan delfinidin .
Hingga saat ini, telah ditemukan sekitar 300 jenis sianidin, beberapa di antaranya disebutkan pada tabel di bawah ini.
Beberapa jenis antosianin dan gugus substitusinya.
Antosinidin
Struktur dasar
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
−H
−OH
−H
−OH
−OH
−OH
−OH
−OH
−OH
−H
−OH
−OH
−H
−OH
−OH
−OH
−OH
−OH
−OH
−H
−OH
−OCH3
−OH
−OH
−OH
−OCH3
−H
−OH
−OH
−OH
−H
−H
−OH
−H
−OH
−H
−OH
−H
−OH
−OH
−H
−OH
−OCH3
−OH
−OCH3
−OH
−OH
−H
−OH
−OCH3
−OH
−H
−OH
−OH
−H
−OH
−OH
−OH
−OCH3
−OH
−OH
−H
−OH
−OCH3
−OH
−H
−OH
−OH
−H
−OCH3
Warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung dari tingkat keasaman (pH) lingkungan sekitar sehingga pigmen ini dapat dijadikan sebagai indikator pH. Warna yang ditimbulkan adalah merah (pH 1), biru kemerahan (pH 4), ungu (pH 6), biru (pH 8), hijau (pH 12), dan kuning (pH 13).
Dapat disimpukan bahwa, antosianin dalam daun pucuk merah ini memiliki tingkat keasaman atah pH sebesar 1, karena hasil positif yang didapatkan berwarna merah.
Yang ketiga adalah identifikasi steroid/terpenoid dengan menggunakan metoda Lieberman-Burchard. Terpenoid merupakan komponen yang biasa ditemukan dalam minyak atsiri. Sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya merupakan kelipatan lima. Terpenoid mempunyai kerangka karbon yang terdiri dari dua atau lebih unit C5 yang disebut unit isopren. Dalam prosesnya, beberapa tetes larutan kloroform pada uji alkaloid ditempatkan pada plat tetes dan ditambahkan 5 tetes anhidrida asetat, lalu biarkan mengering. Setelah mengering tambahkan 3 tetes asam sulfat pekat. Dalam suatu sampel bila timbul warna merah jingga atau ungu maka menandakan adanya triterpenoid, sedangkan warna biru menunjukkan uji positif untuk steroid. Namun hasil yang didapatkan tidak ada terjadi perubahan warna. Dapat dismpulkan bahwa dalam daun pucuk merah ini tidak terdapat senyawa metabolit sekunder streoid/terpenoid.
Yang keempat adalah identifikasi saponin atau uji busa. Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Dalam prosesnya, sampel yang telah dirajang halus, ditambahkan dengan air suling yang kemudian dipanaskan. Kemudian didihkan 2-3 menit. Adanya busa yang stabil selama 5 menit berarti sampel mengandung saponin. Berdasarkan hasil percobaan, praktikan tidak mendapatkan busa yang konstan selama 5 menit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa daun pucuk merah tidak mengandung saponin.

BAB V. PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder memanfaatkan senyawa tersebut untuk mempertahankan diri. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder (seperti: quinon, flavonoid, tanin, dll.) yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya. Hal ini disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah digunakan sebagai obat atau model untuk membuat obat baru, contohnya adalah aspirin yang dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara alami terdapat pada tumbuhan tertentu.
Pada daun pucuk merah terdapat jenis senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid. Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol. Berdasarkan praktikum, uji flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah. Warna merah ini adalah pigmen warna dari flavonoid. Jenis flavovoid yang terdapat dalam pucuk merah ini adalah antosianin yang banyak digunakan sebagai bahan dasar pewarna dan antioksidan.

B.    Saran

Mengingat potensi kandungan flavonoid pada daun pucuk, maka pengembangan produk dalam bentuk zat pewarna makanan dan sebagai antioksida yang baik, dipandang sebagai upaya terobosan yang mempunyai arti strategis, baik ditinjau dan segi tekno-ekonomi maupun dan segi kesehatan.. Untuk itu, penelitian terapan dan investasi diperlukan untuk realisasi pengembangan produk-produk tersebut.







DAFTAR PUSTAKA


Djamal, Rusdi . 1990. Kimia Bahan Alam. Universitas Andalas : Padang
L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Lenny, S. 2006. Terpenoid dan Steroid. Medan: Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara
Markham,K.R. 1988. Cara mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB
Tim Dosen Kimia Organik. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Padang: FMIPA UNP
http://en.wikipedia.org/wiki/Syzygium (diakses pada tanggal 31 maret 2015 pukul 22:21)
 




Tidak ada komentar: