Senin, 15 Agustus 2016

Catatan #1




Baiklah, sepertinya blog ini akan menjadi catatan keGALAUan mahasiswa tingkat akhir perkuliahan. Karena disini lebih sepi dibanding sosmed yang lain. Haha
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) galau adalah:
Ga.lau a, ber.ga.lau a sibuk beramai-ramai; kacau tidak keruan (pikiran); ke.ga.lau.an n sifat (keadaan hal) galau.

KeGALAUan ini berawal ketika liburan telah berjalan lebih dari sebulan dan seminggu lagi bakal masuk perkuliahan semester ganjil tahun 2016/2017. Yaa, semester 7 lebih tepatnya, bisa dibilang mahasiswa tingkat akhir.

Tepat tiga hari sebelum 17 Agustus, seorang adik mengajak mendaki ke Marapi dan akan 17-san di puncak dengan menyaksikan sunrise pagi harinya. Wah, sontak saja tawaran itu membuatku tertarik, kapan lagi? Disaat “kewajiban yang lebih banyak dari waktu yang tersedia” inilah saatnya yang tepat untuk menyegarkan pikiran, pikirku begitu. Tapi selama dua hari menimbang-nimbang, selama itu pula banyak pertanyaan yang muncul. Bagaimana jika terjatuh? Siapa yang akan menggenggam tanganku? Siapa yang akan menjagaku jika terjadi apa-apa? Tidak ada mahram tempat bergantung, itu persoalan terbesarnya. Perihal barang apa saja yang akan dibawa, bagaimana medan yang akan dilalui, apakah sulit atau tidak, dan lain sebagainya, semua sudah kutanya pada seorang teman. Hanya satu hal yang belum bisa diterima, tidak mungkin aku menyentuh laki-laki yang bukan mahram, tidak! Lagi pula mustahil aku tidak membutuhkan pertolongan ditengah perjalanan nanti bukan?

Disaat keraguan akan pergi atau tidak, tibalah sebuah Line masuk yang intinya “Pendidikan Kimia BP 2013 diwajibkan melaksanakan Praktek Lapangan (PL)”. Seketika, ingatan menerawang entah kemana. Bukankah kabarnya tidak ada PL? Kenapa sekarang ada desas-desus PL diwajibkan kembali?

Masalahnya bukan aku menyetujui adanya PL ataupun tidak. Tidak, aku bahkan senang. Tapi, jika memang PL akan diadakan, tentu rencana awal yang telah tersusun rapi akan bergeser, kewajiban akan semakin bertambah, tak akan ada waktu untuk bersantai. Mereka menunggu, kewajiban!

Lalu apa hubungannya mau naik gunung dengan kabar PL? Haha, iya ya? Apa hubungannya.
Tentu saja, bagiku kabar ini ada dampaknya. Aku lebih memikirkan bagaimana kelanjutan kabar PL dibanding antusiasme naik gunung yang sedari awal telah menjadi planing. Aku membatalkan naik gunung. Apa hikmahnya?

Mungkin ini jawabannya, saat keraguan akan hal adanya mahram, pergi atau tidak. Memang seharusnya aku tidak pergi. Tak akan ada yang menjagaku saat diperjalanan, ya tentu saja teman sekelompok akan menjagaku, tapi mereka tak akan bisa berbuat apa-apa jika terjadi sesuatu. Tak ada yang bisa sepenuhnya menjaga, apalagi amatiran sepertiku akan sering lelah sebab naik gunung tak semudah jalan ke Mall. Untuk itu kuputuskan membatalkan saja.

Sehebat-hebatnya kita berencana, rencana Tuhan lebih hebat.”
Rabbku masih menjagaku.
Duhai, aku menahan diri untukmu masa depanku.
Aku ingin melakukan banyak hal, esok saat bersamamu.
Untukmu, entah siapa.

Catatan kegalauan, 15 Agustus 2016.

Tidak ada komentar: