Assalamu'alaikum wr wb..
Sahabat, kali ini saya akan berbagi kisah salah satu istri Rasulullah yang saya kutip dari sebuah buku yang berjudul "Istri-Istri Calon Penghuni Surga & Calon Penghuni Neraka" karya Asrifin An Nakhrawie.
Sosok Hafsah adalah sebuah contoh
dari istri-istri yang begitu sayang terhadap suami, meski kadang perasaan
sayang tersebut terkesan berlebihan hingga menumbuhkan rasa cemburu. Adalah sangat
wajar rasa cemburu itu dimiliki oleh setiap wanita, termasuk Hafsah, istri Nabi.
Bukankah rata-rata wanita memang pencemburu? Dan bukankah rasa cemburu itu
sendiri muncul karena adanya rasa cinta? Itu artinya jika Hafsah menaruh
cemburu kepada Nabi itu berarti Hafsah memendam rasa cinta yang begitu dalam
terhadap Nabi. Dan wajar jika ia ingin mendapatkan perhatian yang lebih dari Nabi
ketimbang istri-istri beliau yang lain.
Namun,
meski Hafsah adalah sosok istri pencemburu, ia adalah wanita yang mulia. Keagungan
akhlaknya begitu tinggi hingga tak salah jika Nabi mempersuntingnya sebagai
istri untuk dijadikan sebagai contoh bagi wanita-wanita lain sesudahnya.
Hafsah adalah
putri Umar bin Khattab, seorang sahabat kenamaan Rasulullah saw. Hafsah adalah
seorang gadis yang dianugrahi oleh Allah swt dengan wajah cantik sekaligus memiliki
sifat-sifat yang terpuji. Ia pun seorang wanita pemberani dalam ikut serta
memperjuangkan agama Allah swt. Disebutkan bahwa Hafsah menjadi janda ketika ia
baru berusia 18 tahun. Melihat putrinya menjanda dalam usia yang relatif muda,
Umar merasa sedih dan gelisah. Bahkan Umar yang terkenal dengan sifatnya yang
kasar itupun semakin tersiksa dan tertekan ketika melihat putri kesayangannya nampak
murung dan larut dalam kesedihan. Setelah berpikir panjang, ia memperoleh
pikiran yang terang, ia berpikir untuk mencarikan seorang suami buat putrinya:
yang pertama Umar datang ke Abu Bakar lalu ke Utsman bin Affan untuk
menyampaikan supaya salah satu diantara mereka ada yang mau menikahi anaknya.
Namun, kedua sahabat tersebut menolak.
Umar lantas
berangkat menemui Rasulullah, ia mengadukan peristiwa yang terjadi pada
putrinya dan penolakan Utsman dan Abu Bakar. Mendengar perkataan Umar Nabi
lantas tersenyum dan mengatakan:
“Hafsah akan menikah dengan laki-laki yang lebih baik
daripada Utsman dan Abu Bakar, sedangkan Utsman dan Abu Bakar akan menikah
dengan wanita yang lebih baik daripada Hafsah:.
Selanjutnya Nabi mengatakan bahwa
beiau akan menikahi Hafsah. Setelah menikah Hafsah tinggal bersama Rasulullah
dan menempati rumah Nabi, pada saat itu Aisyah dan Saudah juga tinggal di rumah
tersebut.
Sekali
lagi ditegaskan bahwa Hafsah adalah tipe istri yang besar rasa cemburunya
terhadap Nabi. Hal ini bukan dilandasi oleh persaan apa-apa melainkan karena
adanya rasa cinta seorang istri yang begitu dalam kepada suaminya. Dan untuk
menyebutkan bagaimana kecemburuan Hafsah tersebut; pernah suatu hari, ketika Rasulullah
menemuinya, Hafsah bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa mulutmu bau maghafir
(minuman dari getah yang berbau busuk)?”
“Aku baru saja minum madu, bukan maghafir,” jawab Nabi penuh
tanda tanya.
“Kalau begitu, engkau minum madu yang sudah lama (basi)”,
timpal Hafsah.
Keheranan Rasulullah makin bertambah ketika Aisyah yang
ditemuinya mengatakan hal serupa. Saking kesalnya, Rasulullah mengharamkan madu
buat dirinya untuk beberapa waktu. Beliau tidak tahu kalau Hafsah telah “berkomplot”
dengan Aisyah untuk “ngerjain” Rasulullah. Keduanya cemburu lantaran Nabi
tinggal lebih lama dari jatah waktunya di rumah Zaenab Binti Jahsyi. Waktu itu Nabi
tertahan karena Zaenab menawarkan madu kepada beliau.
Pernah juga
dalam sebuah perjalanan Hafsah dan Aisyah dibawa serta oleh Nabi. Kedua istri Nabi
itu duduk dalam sedekup (tandu di atas punggung unta) yang berbeda. Selama perjalanan
Rasulullah lebih sering berada di dalam sedekup di atas unta Aisyah. Pada waktu
istirahat, Hafsah yang terbakar api cemburu meminta Aisyah untuk berpindah
tempat.
Seusai istirahat,
Rasulullah naik kembali ke sedekup Aisyah yang sudah ditempati Hafsah dan mengajak
bicara. Beliau tak tahu kalau yang menjawabnya dengan jawaban-jawaban yang
pendek itu adalah Hafsah. Dan betapa kesalnya Rasulullah setelah ia tahu
dirinya dipermainkan kedua istrinya itu. Karena ulah kedua istrinya tersebut
Allah menurunkan Firman-Nya:
إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ
صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ
فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلاهُ......
“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya
hati kamu berdua telah condong untuk menerima kebaikan; dan jika kamu berdua
bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah peindungnya dan
(begitu pula) Jibril......” (Q.S At-Tamrin: 4)
Begitu seringnya
Hafsah membuat ulah, lantaran cemburu, Rasulullah pernah berniat akan
menceraikanyya. Namun, Jibril datang mencegah Nabi. Rasulullah malah mendatangi
anak Umar bin Khattab itu dan berkata,
“Ya Hafsah, hari ini datang kepadaku dan memerintahkan
kepadaku, “kembalilah kepada Hafsah, sesungguhnya ia wanita yang senantiasa
puasa, mendirikan shalat, dan ia adalah istrimu kelak di surga”.
Itulah sosok
Hafsah binti Umar. Sebagai seorang istri yang dimadu, tentu sangat manusiawi
sekali jika ia menaruh rasa cemburu. Namun, meski jika hal itu dianggap sebagai
sebuah “kekurangan”, maka kekurangan itu bisa tertutupi dengan kebaikan budi
pekerti Hafsah sehari-hari. Ketekunan wanita ini dalam beribadah keoada Allah
membuat ia dijamin akan menemui sang suami hingga di surga nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar