Baiklah,
sepertinya blog ini akan menjadi catatan keGALAUan mahasiswa tingkat akhir
perkuliahan. Karena disini lebih sepi dibanding sosmed yang lain. Haha
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) galau adalah:
Ga.lau a, ber.ga.lau
a sibuk beramai-ramai; kacau tidak
keruan (pikiran); ke.ga.lau.an n sifat (keadaan hal) galau.
KeGALAUan ini
berawal ketika liburan telah berjalan lebih dari sebulan dan seminggu lagi
bakal masuk perkuliahan semester ganjil tahun 2016/2017. Yaa, semester 7 lebih
tepatnya, bisa dibilang mahasiswa tingkat akhir.
Tepat tiga hari
sebelum 17 Agustus, seorang adik mengajak mendaki ke Marapi dan akan 17-san di
puncak dengan menyaksikan sunrise pagi harinya. Wah, sontak saja tawaran itu
membuatku tertarik, kapan lagi? Disaat “kewajiban
yang lebih banyak dari waktu yang tersedia” inilah saatnya yang tepat untuk
menyegarkan pikiran, pikirku begitu. Tapi selama dua hari menimbang-nimbang,
selama itu pula banyak pertanyaan yang muncul. Bagaimana jika terjatuh? Siapa
yang akan menggenggam tanganku? Siapa yang akan menjagaku jika terjadi apa-apa?
Tidak ada mahram tempat bergantung, itu persoalan terbesarnya. Perihal barang
apa saja yang akan dibawa, bagaimana medan yang akan dilalui, apakah sulit atau
tidak, dan lain sebagainya, semua sudah kutanya pada seorang teman. Hanya satu
hal yang belum bisa diterima, tidak mungkin aku menyentuh laki-laki yang bukan
mahram, tidak! Lagi pula mustahil aku tidak membutuhkan pertolongan ditengah
perjalanan nanti bukan?
Disaat keraguan
akan pergi atau tidak, tibalah sebuah Line masuk yang intinya “Pendidikan Kimia
BP 2013 diwajibkan melaksanakan Praktek Lapangan (PL)”. Seketika, ingatan
menerawang entah kemana. Bukankah kabarnya tidak ada PL? Kenapa sekarang ada
desas-desus PL diwajibkan kembali?
Masalahnya bukan
aku menyetujui adanya PL ataupun tidak. Tidak, aku bahkan senang. Tapi, jika
memang PL akan diadakan, tentu rencana awal yang telah tersusun rapi akan
bergeser, kewajiban akan semakin bertambah, tak akan ada waktu untuk bersantai.
Mereka menunggu, kewajiban!
Lalu apa
hubungannya mau naik gunung dengan kabar PL? Haha, iya ya? Apa hubungannya.
Tentu saja,
bagiku kabar ini ada dampaknya. Aku lebih memikirkan bagaimana kelanjutan kabar
PL dibanding antusiasme naik gunung yang sedari awal telah menjadi planing. Aku membatalkan naik gunung.
Apa hikmahnya?
Mungkin ini
jawabannya, saat keraguan akan hal adanya mahram, pergi atau tidak. Memang
seharusnya aku tidak pergi. Tak akan ada yang menjagaku saat diperjalanan, ya
tentu saja teman sekelompok akan menjagaku, tapi mereka tak akan bisa berbuat
apa-apa jika terjadi sesuatu. Tak ada yang bisa sepenuhnya menjaga, apalagi
amatiran sepertiku akan sering lelah sebab naik gunung tak semudah jalan ke
Mall. Untuk itu kuputuskan membatalkan saja.
“Sehebat-hebatnya
kita berencana, rencana Tuhan lebih hebat.”
Rabbku masih menjagaku.
Duhai, aku menahan diri untukmu masa depanku.
Aku ingin melakukan banyak hal, esok saat bersamamu.
Untukmu, entah siapa.
Catatan
kegalauan, 15 Agustus 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar