Sore itu
seperti biasanya adalah jadwal kuliah Filsafat Pendidikan. Dalam proses
pembelajaran, Bapak Dosen menyebutkan sebuah kalimat yang membuat saya
tertarik. Ya, saya memikirkan kalimat itu hingga pelajaran usai. Bahkan di
sepanjang perjalanan pulang kalimat ini benar-benar membuat saya berpikir.
“Satu-satunya kepastian masa depan
adalah ketidakpastian”
Kalimat itulah yang dilontarkan
Dosen tersebut, beliau menyebutkan kalimat ini merupakan suatu pendapat dari
sebuah aliran dalam filsafat.
Memang benar,
tidak ada yang pasti tentang masa depan. Apa yang akan terjadi besok? Apakah yang
akan menimpa kita nanti sore? Bahkan kita tidak tahu tentang ha yang akan
terjadi satu detik ke depannya bukan?
Wahai teman,
pernahkah kita menyadari bahwa banyak sekali ketidakpastian dalam hidup ini? Pernahkah
kita menyadari bahwa ketidakpastian selalu duduk manis menunggu kita di masa
depan? Pernahkan kita menyadari bahwa ketidakpastian adalah sesuatu yang pasti?
“Saya
adalah orang yang hebat dalam membuat rencana sehingga pasti akan saya dapatkan”.
Jika teman-teman pernah berpikiran seperti itu, segeralah menyadari ternyata
anda salah. Bisakah anda memastikan bahwa anda akan tetap hidup satu jam
kedepannya? Tidak, jangankan satu jam ke depan, satu detik ke depan saja kita tidak
tahu apakah masih bisa menghirup oksigen dengan segala kenikmatan-Nya. Anda tidak
tahu kapan dan dimana malaikat maut akan menjemput anda bukan? Yang pasti
tentang kematian adalah kita semua akan mati.
Seperti itulah, kita benar-benar hidup dalam ketidakpastian.
Masalah jodoh, jika semua orang tahu siapa yang akan menjadi jodohnya, tentu keadaan sekarang akan jauh berbeda. Semua orang tentu akan enggan berlomba-lomba dalam memperbaiki dirinya karena sudah tahu seperti apa jodohnya dan semua orang tidak akan takut mempermainkan hati dari lawan jenisnya. Dalam islam sendiri, kita dianjurkan untuk selalu memperbaiki diri agar jodoh kita juga memperbaiki diri entah itu dimanapun ia berada. Selalu ada hikmah, “ketidakpastian” pun begitu, ia membuat kita bekerja lebih keras memperbaiki diri agar kelak mendapatkan pasangan hidup sama seperti yang kita inginkan.
Masalah
rezeki, sama halnya dengan masalah yang sudah saya sebutkan. Rezeki seseorang
itu juga sudah pasti, namun dalam hal ini, apakah kita tahu seberapa banyak
yang akan kita dapatkan, apakah banyak atau sedikit? Tidak, sekali lagi tidak. Seandainya
jika seseorang telah mengetahuinya, maka kemungkinan terbesar yang terjadi
adalah kemalasan manusia untuk bekerja. Orang-orang tahu bahwa takdirnya menjadi
kaya, tentu akan bermalas-malasan dalam hidupnya, tapi orang yang tahu
takdirnya akan menjadi miskin tentu akan pasrah saja dalam hidupnya. Bukankah ini
tidak adil? Karena itulah mengenai rezeki pun, kita tidak pernah tahu sebesar
apa rezeki kita, yang jelas rezeki seseorang telah pasti sesuai dengan
ketetapan-Nya.
Dan lagi,
semua ada hikmahnya bukan?
Loh,
jika terlalu banyak ketidakpastian, untuk apa saya berencana dan berusaha?
Tenang dulu,
jangan terbawa emosi, saya tidak bilang bahwa kita tidak perlu berusaha. Saya tidak
bilang bahwa usaha atau rencana akan sia-sia. Karena Tuhan punya rencana, kitapun harus punya rencana.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka,” (Ar Raad : 11).
Hidup, jodoh, rejeki, mati, semuanya sudah ketetapan Allah. Lalu untuk apa kita berusaha? Toh nantinya akan berakhir seperti “itu”. Tidak ada usaha yang sia-sia, setidaknya itulah yang saya yakini. Karena sekecil apapun usaha yang dilakukan, pasti akan ada hasilnya. Karena dengan berusaha akan memperkecil ketidakpastian tersebut. Dalam islam dilarang pasrah menerima apapun yang akan terjadi. Tidak begitu, kita tidak disuruh pasrah, tapi ikhlas. Mudah-mudahan kiranya teman-teman mengetahui perbedaan antara pasrah dan ikhlas.
Saya tadi bilang usaha bisa memperkecil ketidakpastian, loh berarti masih tidak pasti dong? Memang benar berusaha memperkecil ketidakpastian. Oleh karenanya, setelah berusaha diperlukan langkah terakhir yaitu berdo’a. Jika telah berusaha dan berdo’a, akan mampu menjemput ketidakpastian tersebut dengan baik. Siapa lagi yang berkuasa di atas dunia in selain Tuhan Semesta Alam? Sekeras apapun kita berusaha bila Tuhan tidak mengizinkan, maka hal itu tidak akan terjadi. Karena itu kita harus ikhlas menerima apapun yang terjadi pada akhirnya.
“Seandainya semua hal sudah pasti dan kita
ketahui, lalu dimana letak ujian dalam hidup kita?”